Jumat, 03 Juni 2011

BUDAYA KERJA MASYARAKAT MELAYU


I.  Pendahuluan
A. Arti Definisi / Pengertian Budaya Dan Kebudayaan
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurutSoerjanto Poespowardojo 1993).
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
B. Arti Definisi / Pengertian Budaya Kerja
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM )
C. Tujuan Atau Manfaat Budaya Kerja
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1.meningkatkan jiwa gotong royong
2. meningkatkan kebersamaan
3. saling terbuka satu sama lain
4. meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. meningkatkan rasa kekeluargaan
6. membangun komunikasi yang lebih baik
7. meningkatkan produktivitas kerja
8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.
II. Pembahasan
A. Pengenalan
         Dalam kehidupan orang Melayu, etika atau budaya kerja mereka telah diwariskan oleh orang tuanya secara turun temurun. Masyarakat Melayu dulunya memiliki budaya kerja yang disebut “semangat kerja” yang tinggi, semangat yang mampu mangangkat hakikat dan martabat kaumnya “ untuk duduk sama rendah tegak sama tinggi” dengan masyarakat dan bangsa lain. Sedangkan, budaya kerja masyarakat Melayu yang lazim disebut dengan “pedoman kerja Melayu”, diakui oleh banyak ahli, karena hal ini sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama didunia islam. Dengan modal “pedoman kerja Melayu”, tersebut masyarakat Melayu mampu membangun negri dan kampung halaman, mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat dan menghadapi persaingan.
         Orang-orang tua Melayu dulu mengatakan “berat tulang ringanlah perut”, maksudnya, orang yang malas bekerja hidupnya akan melarat. Sebaliknya, “ringan tulang beratlah perut” yang bearti barang siapa yang bekerja keras, hidupnya pasti akan tenang dan berkecukupan.
Didalam untaian ungkapan masyarakat Melayu dikatakan:
Kalau hendak menjadi orang
Rajin-rajin membanting tulang
Manfaatkan umur sebelum petang
Pahit dan getir usah dipantang

Kalau hendak menjadi manusia
Ringankan tulang habiskan daya
Kerja yang barat usah dikira
Pahit dan manis supaya dirasa

Kalau tak mau mendapat malu
Ingatlah pesan ayah dan ibu
Bekerja jangan tunggu-menunggu
Manfaatkan hidup sebelum layu

         Unkapan diatas, dahulunya disebarluaskan ketengah-tengah masyarakat dijabarkan, diuraikan, dan dihayati secara keseluruhan oleh anggota masyarakat. Penyebarluasan ungkapan tersebut melalui beberapa cara seperti didalam cerita-cerita, nasihat, upacara adat, nyanyian rakyat, dll. Hal ini dilakukan agar dapat menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, sehingga setiap anggota masyarakat mampu mencari dan memanfaatkan peluang yang ada, bahkan mampu pula menciptakan usaha-usaha baru yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka masing-masing.
         Dalam adat Melayu, banyak menyerap nilai-nilai agama islam, terdapat suatu ungkapan yang mengatakan “adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabbullah. Menurut ungkapan ini orang yang tidak bekerja, apalagi yang sengaja tidak mau bekerja, dianggap melalaikan kewajiban, melupakan tanggung jawab, menafikan ajaran agama dan tuntunan adat-istiadat serta mengabaikan tunjuk ajar yang banyak member petuah amanah tentang budaya kerja. Sikap malas dan lalai, dianggap sikap tercela oleh masyarakat Melayu yang disebut “tak ingat hidup akan mati, tak ingat hutang yang disandang, tak ingat beban yang dipikul”. Oleh karena itu dalam masyarakat Melayu orang pemalas direndahkan oleh masyarakatnya. Itulah sebabnya orang tua-tua dula mengatakan:
Kalau malu direndahkan orang
Bantinglah tulang pagi dan petang
Bekerja jangan lang kepalang      
Gunakan akal mencari peluang

Kalau malu hidup terhina
Dalam bekerja jangan berlengah
Manfaatkan peluang mana yang ada
Kuatkan hati lapangkan dada

Kalau tak mau hidup melarat
Carilah kerja cepat-cepat
Jangan dikira ringan dan berat
Asal sesuai dengan syariat
         Orang tua-tua dulu juga mengingatkan, bahwa dalam mencari peluang kerja, jangan memilih-milih. Maksudnya jangan mencari kerja yang senang, dan tidak mau berkerja keras, itu bukanlah sikap orang Melayu yang ingin maju. Kerja yang perlu dipilih adalah kerja jangan “menyalah”, maksudnya jangan menyimpang dari ajaran agama dan adat-istiadat. Sesuai dengan pepatah petitih masyarakat Melayu yang mengatakan “kalau kerja sudah menyalah, dunia akkhirat aib terdedah.
         Keutamaan kerja masyarakat Melayu, tercermin pula dalam memilih menantu atau jodoh. Orang yang belum bekerja, lazimnya dianggap belum mampu “menghidupkan anak bininya”. Orang seperti ini tidak akan dipilih untuk menjadi menantu atau pun jodoh anaknya. Beberapa pernyataan diatas memberikan petunjuk bahwa orang Melayu telah menanamkan budaya kerja dalam kehidupan masyarakatnya.
B. Pandangan Orang Melayu Terhadap Kerja
         Orang Melayu yang mendasarkan budayanya dengan teras islam selalu memandang bahwa bekerja merupakan ibadah, kewajiban dan tanggung jawab. Bekerja sebagai ibadah merupakan hasil pemahaman orang Melayu terhadap Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw. Di dalam Al-Qur’an mengatakan, “apabila kamu telah selesai melaksanakan shalat, bertebaranlah kamu dimuka bumi (untuk mencari rezeki dan rahmat Allah). Pada ayat lain juga dikatakan “maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS Alam Nasyrah :7). Beberapa hadits nabi yang mendukung budaya kerja Melayu diantaranya, “bekerjalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup untuk selama-lamanya, dan bekerjalah kamu, seakan-akan kamu mati besok pagi” (H.R. Muslim). Hadits lain juga mengatakan “sesungguhnya Allah sukakepada hamba yang bekerja dan terampil, barang siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid dijalan allah azza wajalla”(H.R. Ahmad). Selaras dengan itu, terdapat ungkapan Melayu, yang dianggap sebagai ungkapan tunjuk ajar tentang budaya kerja, didalam ungkapan tersebut dikatakan:
Apa tanda orang yang beradat
Wajib bekerja ianya ingat

Kalau mengaku orang Melayu
Wajib bekerja ianya tahu
         Unkapan-ungkapan diatas mencerminkan bagaimana utamanya kedudukan kerja dalam pandangan orang Melayu. Orang Melayu harus mau bekerja keras karena dianggap sebagai tanggung jawab, baik bagi diri sendiri, keluarganya,  masyarakat, agama, adatistiadat serta norma-norma social yang mereka jadikan pegangan dan sandaran. Sebaliknya apabila orang itu malas, culas dan memilih-milih kerja, disebut bebal, dan tak tahu diri. Orang yang seperti ini akan menjadi ejekan masyarakatnya, seperti yang tertuang dalam pantun berikut ini:
Tak ada guna berbaju tebal
Hari panas badan berpeluh
Tak ada guna Melayu bebal
Diri pemalas kerja bertangguh

Tak ada guna kayu diukir
Bila dipakai dimakan ulat
Tak ada guna Melayu pintar
Bekerja lalai makannya kuat

Apa guna merajut baju
Kalau ditetas butangnya lepas
Apa guna disebut Melayu
Kalau malas bekerja keras
         Dari sisi lain, orang Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat. Oleh karenannya, kerja haruslah mampu membawa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan duniawi, selain itu juga dapat menjadi bekal hidup di akhirat. Untuk itu pekerjaan haruslah yang halal, dilakukan secara ikhlas. Dalam ungkapan orang melayu dikatakan:
Apabila kena menurut sunnah
Manfaatnya sampai ke dalam tanah
Apa bila kena menurut syariat
Berkah melimpah dunia akhirat

Apabila kerja niatnya ikhlas
Dunia akhirat Allah membalas
         Acuan ini, menyebabkan orang tua-tua mengatakan bahwa, “bila bekerja karena Allah, disitulah ia menjadi ibadah”. Ungkapan ini menunjukan pula, bahwa orang Melayu  memandang pekerjaan yang halal dan dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas dapat menjadi ibadah bagi seseorang. Pandangan ini tentu akan mengokohkan keutamaan kerja dalam kehidupan orang Mealyu.
C. Budaya Kerja Orang Melayu ( Dulu dan Sekarang)
         Konsep budaya kerja sangat penting dalam masyarakat Melayu sekarang. Orang Melayu dianjurkan untuk melihat dan meniru budaya kerja bangsa lain yang telah maju seperti Eropa, Jepang, Korea dan Cina, tentu dengan catatan dengan nilai agama dan falsafah hidup masyarakat Melayu.
         Para ahli antropologi dan sosiologi yang telah melakukan kajian terhadap budaya kerja orang Melayu, yang kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa orang Melayu “pemalas” dalam bekerja, baik kerja tani, buruh, pegawai, dan dunia perdagangan. Itulah kesimpulan yang telah diambil oleh Cortesau, (1940), Raflfles (1935), dan Wheeler (1928). Sedangkan G.D. Ness dalam buku nya yang berjudul Bureaucracy and Rulal Development in Malaysia (1967) yang mengatakan orang Melayu dibandingkan dengan orang Cina kurang berorientasi pada hasil dan kesuksesan hidup.
         Kajian Swift (1965), melakukan pengamatan bahwa orang Melayu banyak yang memiliki tanah, supaya dapat hidup selasa dan sejahtera, tanpa bekerja keras. Hasil kajian Djamour (1959) hampir senada dengan Swift yang berkesimpulan bahwa orang Melayu ingin hidup senang, kenyang, dan tenang tanpa harus bekerja keras. Apalagi bagi orang Melayu di Malaysia dulu. Kebanyakan masyarakat Melayu dulu tidak mau bekerja di perusahahaan timah, bauksit, dan kebun karet, malah banyak kaum pendatang yang bekerja. Wilson (1967) mengatakan, meskipunn orang melayu sadar bahwa mereka tidak dapat mengalahkan Cina dalam Berbisnis, tapi mereka tidak tertarik untuk mengikuti cara kerja Orang Cina tersebut. Beberapa budaya kerja Melayu dtempo dulu, dapat dipahami dari ungkapan dan pribahasa berikut ini:
a.      Biar Lambat Asal Selamat.
b.      Tidak Lari Gunung di Kejar.
c.       Alang-alang Berdawat Biarlah Hitam.
d.       Kerja Beragak-agak Tidak Menjadi, Kerja Berangsur-angsur tidak Bertahan.
e.        Sifat Padi Semakin Berisi Semakin Tunduk.
f.        Baru Berlatih Hendak Berjalan, Langsung Tersemban.
g.       Selera Bagai Taji Tulang Bagai Kanji, Menanti Nasi Tersaji di Mulut.
h.       Kerja Janganlah Berulah dan Degil.
i.         Hemat dan Cermat Dalam Bekerja.

D. Kaitan Kerja Dengan Status Sosial
         Bagi masyarakat Melayu Pekerjaan dapat mengangkat status social seseorang. Seseorang yang memiliki pekerjaan akan di hormati oleh masyrakatnya, dan di jadikan tauladan. Sebaliknya, apabila orang yang malas bekerja, atau bekerja asal jadi, tentu akan dilecehkan. Apabila didalam masyarakat Melayu ada tukang yang kerjannya asal jadi, disebut juga “tukang pak Sendul”. Didalam unkapan di katakana:
         Kalau kerja tukang pak sendul
         Yang gelegar menjadi bendul

         Kalau tukang tidak senonoh
         Belum di tunngu rumahpun roboh

         Kalau tukang tidak semenggah
         Paginya tegak petangya rebah
         Orang yang bekerja dengan keahliannya, bekerja dengan cermat dan pengetahuan yang memadai, maka akan mendapatkan kedudukan yang terhormat dalam masyarakat Melayu. Apapun bentuk keahlian dan bidang kerjanya mereka dijadikan tempat bertanya dan tempat petuah amanah. Orang tua-tua dulu mengtakan:
         Kaluu kerja hendak semenggah
         Carilah orang yang amanah
         Ungkapan-ungkapan diatas menunjukan, bahwa masyarakat Melayu menghormati ilmu pengetahuan dan keahlian seseorang dalam bekerja. Namun, bila ada seseorang yang memiliki keahlian dan ilmu pengetahuan tinggi, tetapi malas bekerja dan tidak mau mengamalkan ilmunya, di anggap terbuang oleh masyarakatnya, bahkan cenderung dilecehkan. Dalam Ungkapan Melayu di katakana:
         Apa tanda orang yang malang
         Ilmu di dada terbuang-buang
         Apa tanda orang merugi
         Ilmu dituntut tak ada arti
         Apa tanda orang yang cacat
         Ilmu ada tidak bermanfaat
         Ungkapan tersebut secara tegas menggambarkan bahwa pekerjaan menjadi salah satu tolak ukur untuk mengangkat harkat dan martabat seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
E. Kesimpulan
         Seperti yang telah kita bahas bersama-sama tadi, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa gambaran tentang Budaya kerja masyarakat Melayu, serbagian besar masih terdapat dalam masyarakat Melayu, baik yang tinggal dikota maupun dikampung-kampung. Nilai luhur budaya Melayu ini tentulah akan member manfaat apabila disimak, di cerna, dan dihayati dengan baik dan benar. Mudah-mudahan dengan apa yang telah kami paparkan, kita semua dapat mengenal dan mengetahui bahwa masyarakat Melayu memiliki budaya kerjanya sendiri. Secara teoritis dan filosofis, orang Melayu memiliki budaya kerja yang hampir sempurna, walaupun banyak anggapan bahwa orang Melayu serba ketinggalan, perajuk dan sebagainya. Apalagi dalam era globalisasi sekarang ini, berbagai perubahan dan pergeseran nilai budaya terus berlangsung dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam masyarakat Melayu. Apabila kita sebagai pewaris budaya tidak mau atau tidak memiliki keinginan untuk menggali dan menjaga nilai budaya, maka tentulah kita tidak dapat membina dan mengembangkan budaya yang kita miliki.

Daftar Pustaka
Tenas, Efendi. 1989. Ungkapan Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Dahril, Tengku.2000. Tamadun Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Husein, Ismail, dkk.2003. Etos Kerja DalamAcuan Budaya Melayu. Jakarta: Gema Insani Press

1 komentar:

  1. Alhamdullilah saya danger tertarik dengan perkongsian en irvan semoga tulisan en bermanfaat dan menjadi sandaran kepada semua orang melayu. Untuk terus bekerja dengan besungguh dan berjaya akhirnya terima kasih atas perkongsian ini

    BalasHapus